Kamis, 17 Mei 2018

Satuan 81 Kopassus Akan Ganyang Teroris, Dibentuk Era Moerdani, Dipimpin Duet Luhut-Prabowo


LIMA kejahatan jaringan teroris yang diduga berafiliasi dengan kelompok radikal, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dalam dua pekan ini telah menelan korban 33 jiwa. Sebagian warga sipil, ada anggota kepolisian, sisanya pelaku.

Bermula kejadian di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Selasa hingga Rabu (8-10 Mei 2018); ledakan bom bunuh diri pada tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) pagi; bom di rumah susun sewa di Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) malam; bom di Mapolrestabes Surabaya, Selasa (15/5/2018); hingga serangan ke Mapolda Riau, Rabu (16/5/2018). 

Maraknya aksi terorisme akhir-akhirnya membuat suasana menjadi mencekam. Perlawanan dan perburuan terhadap para teroris hanya dilakukukan Polri, terutama melalui Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri.
Presiden Joko Widodo pun menyetujui pengaktifan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) untuk yang melibatkan TNI membantu Polri melaksanakan tugas pemberantasan terorisme.
Diketahui, Koopsusgab merupakan gabungan personel TNI dari seluruh satuan elite yang ada di TNI, baik matra darat, laut, maupun udara.
"Untuk Komando Operasi Khusus Gabungan TNI, sudah direstui oleh Pak Presiden dan diresmikan kembali oleh Panglima TNI (Marsekal Hadi Tjahjanto)," ujar Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Sebelum membahas pasukan elite TNI yang akan dilibatkan memerangi terorisme, perlu kiranya mengingat peristiwa masa lalu.

TRAGEDI 11 SEPTEMBER

Masih ingatkah (bagi generasi X, dan baby boomers), atau pernah tahukah (bagi generasi Y dan millenial), serangan teroris internasional, 11 September. Aksi kejahatan itu adalah serangkaian empat serangan bunuh diri dengan membajak pesawat terbang, menyasar empat target di New York City dan Washington DC Amerika Serikat, 11 September 2001.
Pagi itu, sebanyak 19 pembajak dari kelompok militan, al-Qaeda, membajak empat pesawat jet penumpang. Para pembajak sengaja menabrakkan dua pesawat ke menara kembar World Trade Center di New York City; kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam.

Pembajak lainnya menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat, United Airlines Penerbangan 93, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington DC Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini.
Dikutip dari Wikipedia, dugaan langsung jatuh kepada al-Qaeda. Pemimpin kelompok al-Qaeda, Osama bin Laden, yang awalnya menolak terlibat. Namun tiga tahun kemudian, pada 2004, akhirnya mengklaim bertanggung jawab atas serangan 911.

PEMBAJAKAN GARUDA WOYLA 1981

Indonesia pernah mengalami hal mirip, walaupun skala lebih kecil. Tahun 1981, pembajakan pesawat terbang DC-9 Garuda Indonesia Woyla registrasi PK-GNJ dengan nomor penerbangan GA-206 rute Jakarta-Palembang-Medan dibajak lima orang teroris.
Pihak intelijen Indonesia menyebut kelima orang pembajak berasal dari kelompok Komando Jihad. Mereka adalah Imran bin Mohammad Zein, Zulfikar T Djohan Mirza, Sofyan Effendy, Mahrizal dan Mulyono.
Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta menuju Medan, pada 28 Maret 1981 pada pukul 08.00 pagi. Transit di Palembang. Dalam penerbangan lanjutan, pesawat tiba-tiba dibajak lima orang teroris yang menyamar penumpang.


Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, pesawat diterbangkan dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.
Operasi militer pun diempuh. Asintel Panglima ABRI Mayjen LB Moerdani memimpin pembebasan sandera, yakni 5 awak pesawat dan 44 penumpang (tidak termasuk termasuk para pembajak). Kapasitas pesawat buatan McDonnell Douglas itu 102 penumpang .
Persoalannya, saat itu, para prajurit Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), berubah nama menjadi Kopassus, yang sudah latihan antiteror sedang mengikuti Latgab di Ambon. Perwira senior di Markas Kopassus tinggal Letkol Sintong Panjaitan. Ia tak turut ke Ambon karena kakinya patah ketika latihan terjun payung. Berjalan saja, Sintong harus dibantu tongkat.

Namun ia paksakan memimpin operasi pembebasan sandera, kru dan penumpang Garuda Woyla. Sintong akhirnya memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.
Mantan wartawan Kompas, Dudi Sudibyo, yang meliput upaya pembebasan itu, sebagaimana dikuttip Tribun-Medan.com dari xdetik.com (detikX), menggambarkan pembebasan berjalan lancar, dan hanya butuh waktu 3 menit.
Kapten Pilot Herman Rante dan seorang anggota Kopasandha, Capa Ahmad Kirang tertembak. Mereka meninggal beberapa hari kemudian saat dalam perawatan. Adapun kelima pembajak tewas, sebagian meninggal dalam perjalanan ke Jakarta, sebagian lainnya dikabarkan dieksekusi usai intelijen menggali informasi mendetail dari mereka.


Pasukan elite TNI sesusai matranya. Satuan-satuan itu adalah:

 1) SATUAN 81 KOPASSUS

Peristiwa pembajakan Gauruda Woyla 1981 menjadi momentum pembentukan Satuan 81/Penanggulangan Teror Kopasandha (Kopassus/Komando Pasukan Khusus TNI AD).

Kopassus sendiri dibentuk atau lahir pada 15 April 1952. Adalah Kolonel Alexander Evert Kawilarang peletak dasar-dasar untuk Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi, kemudian namanya diubah menjadi Kopassus.
Satuan 81/Penanggulangan Teror (Satgultor) Kopassus, dulunya lebih dikenal sebagai Sat-81/Gultor adalah satuan setingkat dengan grup. Personelnya merupakan prajurit terbaik dari seluruh prajurit TNI AD, bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur. Moto satuan ini adalah "Siap Setia Berani".

Berdirinya Satuan Gultor mengantisipasi maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang dekade tahun 1970-1980. Saat itu, Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI (membawahi TNI dan Polri) Letjen TNI LB Moerdani menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha (Kopassus).
Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani, atau LB Moerdani, atau kerap disebut Benny Moerdani seorang sosok terpandang di kalangan militer senior. Pengalamanannya dalam hal intelijen dan operasi senyap sangat menakjubkan. Karier tertingginya adalah Menteri Negara/Panglima ABRI, lalu Menteri Pertahanan dan Keamanan. Ia meninggal 29 Agustus 2004.
Keberhasilan Kopassus 34 tahun lalu dalam pembebasan sandera teroris yang membajak Pesawat Garuda di Thailand menjadi tonggak sejarah penanggulangan aksi teror di Indonesia. Pembebasan sandera pada tahun 1981 yang dikenal sebagai Operasi Woyla tersebut menjadi cikal bakal dibentuknya Satgas Penanggulangan Teror (Gultor) Satuan-81 Kopassus.

Dikutip dari beberapa situs, antara lain Wikipedia, Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha atau Satuan 81-Gultor terbentuk pada 30 Juni 1982. Satuan 81-Gultor dibentuk atas prakarsa LB Moerdani.
Operasi tersebut di bawah komando mantan Pangab Benny Moerdani yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Intelejen Strategis (BAIS) ABRI.
"Itu cikal bakal dibentuknya Sat 81. Dengan itu Pak Benny mendorong terbentuknya Gultor Kopassus. Dengan semangat untuk menjaga keutuhan NKRI, terutama dari aksi-aksi teroris," ungkap Komandan Sat-81 Kopassus Kolonel Inf Thevi Zebua saat berbincang dengan detikcom di Mako Kopassus, Cijantung, Jaktim, Sabtu (28/3/2015).
Dikutip dari buku Iwan Santosa dan E.A Natanegara yang berjudul 'Kopassus untuk Indonesia', dijelaskan keberadaan satuan di TNI dalam penanggulangan teror tidak terlepas dari sejarah keberhasilan Kopassus pada Operasi Woyla.

"Terinspirasi dari peristiwa tersebut dan melihat perkembangan situasi serta mengantisipasi maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang era 1970/80-an, Kepala BAIS ABRI menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha," demikian penjelasan Iwan dan Natanegara dalam bukunya.
Komandan pertama Mayor Infanteri Luhut Binsar Pandjaitan didampingi wakil komandan Kapten Infanteri Prabowo Subianto. Saat itu, Prabowo menantu Presiden Soeharto.
Luhut dan Prabowo kemudian dikirim mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman, dan sekembalinya ke Indonesia dipercaya menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81. Luhut memimpin Den-81 selama 8 tahun, 1982 sampai dengan 1990, hingga pangkatnya Kolonel.
Luhut lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1970 masuk ke Kopassus sejak 1971. Sementara Prabowo lulusan Akabari 1974 baru masuk Kopassus pada 1976.

Luhut kini menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman, sementara Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan calon presiden.

 HILANGKAN NAMA GULTOR

Tahukah Anda saat ini Sat-81 tidak lagi menggunakan nama Penanggulangan Teror atau Gultor di belakang namanya? Seorang perwira menengah di Sat-81 menceritakan alasan penghapusan "brand" Gultor ini secara khusus kepada Angkasa dan Commando.


Tanpa menyebut tanggal pasti, ia menyebutkan bahwa nama Gultor di Kopassus sudah dihilangkan sejak beberapa tahun yang lalu. Sehingga saat ini nama resminya adalah Sat-81 Kopassus.
"Alasannya, sejak terjadinya serangan bom 2001 (teror gedung WTC di Amerika Serikat), pola teror sudah berubah sama sekali. Perubahan ini tentu merubah seluruh kemampuan kami," ungkapnya.
Sejak saat itu, anggota Sat-81 dilatih ulang dan diberi kemampuan lebih banyak, tidak hanya sekadar penanggulangan teror.
"Saya tidak bisa sebut apa kemampuan lain yang kami latihkan. Tapi yang jelas, kami sekarang tidak hanya spesialisasi di kasus penanggulangan teror, tapi juga di beberapa hal lain," katanya, disadur Tribun-Medan.com dari BangkaPos.com.
Kasus-kasus terorisme saat ini jelas jauh berbeda dengan aksi teror di dekade 80 dan 90-an. Detasemen 8/Gultor pun seiring perkembangan organisasi berubah nama pada tahun 1996 menjadi Grup 5 Antiteror. Kemudian pada tahun 2002, namanya berubah lagi menjadi Satuan-81 Kopassus sampai sekarang.

 KEHEBATAN SATUAN 81 

Teroris banyak menggunakan berbagai macam bom dan bahan peledak lain yang semakin hari kian berkembang, baik dalam hal skala ledakan bom maupun ukuran dan jenis bomnya yang beraneka ragam.

Kondisi ini mengharuskan Pasukan Khusus Sat-81 lebih andal dalam penanganan aksi terorisme melalui kejahatan bom yang sedang marak berkembang di Indonesia.


Satuan ini dilengkapi dengan berbagai macam senjata khusus seperti Minimi 5,56mm, MP5 9mm, Uzi 9mm, Beretta 9mm, Galil, Colt M16A1/A4, SIG-Sauer 9mm, SPR dan beberapa jenis lagi sniper khusus.
Selain keahlian penggunaan senjata, satuan juga dilengkapi dengan kemampuan perang biologi dan kimia, penanggulangan bahan peledak, bajak udara.

Dalam satu simulai penyelamatan sandera dan pelumpuhan kelompok teroris, dengan personel yang terbatas, dan hanya dalam hitungan menit, Satuan 81 menggunakan bom kejut, peledakan akses masuk dan serangan mendadak.
Satuan 81 pun didesain untuk membebaskan secara cepat dan singkat, pembajakan pesawat terbang. Saat penyelamatan, dilakukan uji ketepatan menembak yang sangat cepat dan tepat dikanan kiri tempat duduk dengan peluru tajam.


Satuan-81 disebut-sebut sebagai salah satu organisasi bersenjata yang paling progresif di dunia. Satuan-81 unit kedua di dunia (setelah GSG-9, Jerman) pemakai senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch lainnya. Satuan-81 juga adalah pelopor pemakaian Pentaerythritol tetranitrate (PETN) sebagai bahan peledak alternatif selain Composition C-4 (C-4) dan Semtex (merupakan bahan peledak plastik dari jenis high explosive).

Satgultor dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.
Akan hal anggota Kopassus lainnya, kemampuan personel Satuan 81 andal ilmu bela diri. Bahkan, Prajurit diajarkan bagaimana cara menanggulangi serangan musuh, termasuk menjinakkan bom. 

2) DETASEMEN BRAVO 90 TNI AU

Satuan Bravo 90 (Satbravo-90) sebelumnya bernama Denbravo 90 adalah satuan pelaksana operasi khusus Korps Pasukan Khas yang berkedudukan langsung di bawah Dankorpaskhas.



Satuan Bravo 90 Paskhas bertugas melaksanakan operasi intelijen, melumpuhkan alutsista/instalasi musuh dalam mendukung operasi udara dan penindakan teror bajak udara serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI. Pasukan khusus Indonesia yang terbilang paling muda pembentukannya tahun 1990.

Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.
Denbravo 90 merujuk pada tahun pembentukan, yakni tanggal 16 September 1990 oleh KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan.

Saat dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit ­ 1 perwira, 3 bintara, 30 tamtama. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga mampu bergerak tanpa identitas, bisa membaur di satuan-satuan SatBravo 90 Korpaskhas TNI-AU Paskhas, atau bergerak seorang diri.

dari militerhebatdunia, Den Bravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut.
Mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam tempur, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia.

Pasukan elite ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.

Para anggota Detesemen Bravo dipilih dari prajurit para-komando terbaik dilingkungan korpaskhas TNI-AU.
Untuk mengasah kemampuan antiteror, mereka masih harus menjalani berbagai latihan lagi yang dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di sarana latihan Kopaska, serta latihan SatBravo 90 Korpaskhas TNI-AU penjinakan bahan peledak di Pusdikzi Gegana, Polri.

Satuan Bravo 90 Paskhas bertugas melaksanakan operasi intelijen, melumpuhkan alutsista/instalasi musuh dalam mendukung operasi udara dan penindakan teror bajak udara serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI dengan bawah kendali operasi (BKO) dan sering terlibat dalam misi-misi gabungan TNI untuk mengamankan objek-objek vital negara.
Den Bravo 90 juga ditempatkan dalam datasemen-datasemen pengawal pribadi (walpri) untuk KSAU dan Presiden.

3) DENJAKA TNI AL

Detasemen Jalamangkara (Denjaka) adalah sebuah detasemen peanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut.

Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut).
Denjaka mempunyai tugas pokok dalam membina kekuatan dan kemampuan satuan Detasemen Jalamangkara. Kemampuan khusus, meliputi: operasi antiteror, anti sabotase dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya.

Bibit untuk Denjaka dapat diambil dari pasukan eliter TNI AL, yakni Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). 
Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) adalah satuan elite dalam Korps Marinir seperti halnya Grup 3/Sandhi Yudha Kopassus dalam jajaran TNI Angkatan Darat. Dahulunya satuan ini dikenal dengan nama KIPAM (Komando Intai Para Amfibi). Anggota YonTaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun.

Satu program latihan bagi siswa pendidikan intai amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km. Dari satuan ini kemudian direkrut lagi prajurit terbaik untuk masuk kedalam Detasemen Jala Mengkara, pasukan elitnya TNI Angkatan Laut.
Sementara Komando Pasukan Katak (Kopaska) adalah pasukan khusus dari TNI Angkatan Laut. Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi". Korps ini secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia Soekarno untuk membantunya dalam masalah Irian Jaya. Pasukan khusus ini sebenarnya sudah ada sejak 1954.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.