Kamis, 31 Mei 2018

Presiden Mongolia Minta Kasus Altantuya 'Kekasih' Najib Rajak yang Diledakkan Bom Kembali Diusut


Kasus pembunuhan Altantuya Shaaribuu, wanita yang disebut sebagai 'simpanan' Najib Razak di tahun 2006 kembali mencuat setelah Presiden Mongolia meminta Mahathir kembali mengusut kasus ini, Kamis (31/5/2018).
Dilansir Tribunwow dari Malaysia Kini, Presiden Mongolia, Khaltmaagin Battulga memohon Perdana Menteri (PM) Mahathir Mohamad membantu keluarga mendiang Altantuya untuk mendapatkan keadilan.
"Selaku Presiden Mongolia, saya mengambil perhatian khusus terhadap kejahatan berat yang dilakukan Malaysia pada Oktober 2006. Pembunuhan seorang warga Mongolia, Altantuya Shariibu yang juga merupakan ibu dari dua orang anak," kata Battulga.

Selain itu Battulga menambahkan karena kasus ini hubungan bilateral antara Malaysia dan Mongolia menjadi tidak menyenangkan, khususnya antar rakyat.


"Karena itu saya berharap agar Yang Terhormat, PM Malaysia memberi perhatian dalam melaksanakan keadilan dengan keputusan pengadilan dan penyelesaian bersama keluarga korban agar bisa kembali memperkuat hubungan kedua negara," tambah Battulga.



Sementara ayah Altantuya dan dua anaknya mengugat secara perdata sebesar RM 100 juta pada pemerintah federal pada 2007, dan pengadilan belum memutuskan hal tersebut.
Sementara dari kasus ini tiga orang diajukan ke meja pengadilan.
Dua orang dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati.

Sedangkan satu orang lainnya, Abdul Razak dibebaskan karena dikenal memiliki hubungan dengan Najib Razak.
Tetapi pengadilan tidak menjelaskan motif pembunuhan tersebut.


Sementara anggota parlemen Malaysia Hanipa Maidin, mendukung dibukanya kembali kasus Altantuya demi tegaknya keadilan di negeri Malaysia.
Hanipa juga menyatakan bahwa kasus ini masih menjadi misteri di pengadilan.
"Banyak yang harus dipertanyakan seperti terdakwa dalam kasus pembunuhan tersebut tidak mengajukan banding saat divonis mati, maupun motif Altantuya dibunuh," kata Hanipa.
Altantuya sendiri merupakan wanita berprofesi model asal Mongolia.
Ia dibesarkan di Rusia dan bersekolah di luar negeri.

Berkat pendidikan Internasional-nya, Altantuya kembali ke Mongolia sebagai guru, penerjemah, dan model paruh waktu.
Berkat profesi sampingannya sebagai model, Altantuya sering mendapat job keluar negeri termasuk ke Hong Kong pada tahun 2005.
Saat di Hong Kong itulah ia bertemu dengan Najib Razak yang kala itu masih menjabat sebagai analis pertahanan dari tangki pemikiran Pusat Penelitian Strategis Malaysia.
Di situlah keduanya menjalin hubungan spesial walaupun Altantuya tahu Najib sudah beristri.
Kronologi pembunuhannya terjadi ketika Altantuya nekat pindah ke rumah Najib Razak di Kuala Lumpur.
Sesampainya di rumah Najib, ia malah diculik.
Kemudian ia dibunuh dan ditembak sebanyak dua kali oleh para penculik.

Belum cukup sampai disitu, jasad Altantuya kemudian diledakkan dengan bom C4 yang membuat tubuhnya hancur.
Kasus pembunuhan dengan bom C4 ini tidak pernah terjadi sebelumnya karena merupakan bom militer.
Dan hanya 'orang dalam' saja yang bisa memiliki bom tersebut.
Saat olah tempat kejadian perkara, polisi hanya menemukan sisa tulang berserakan wanita itu di lokasi kejadian.

Banyak yang menyakini bahwa pembunuhan Altantuya ini untuk memuluskan langkah politik Najib Razak dalam pemilihannya tahun 2009 karena Altantuya mengetahui dugaan korupsi pembayaran kapal selam Scorpene.
Versi lain menyebutkan istri sah Najib, Rosmah Mansor yang memerintahkan pembunuhan tersebut karena motif cemburu.
Kasus ini menjadi buram dan tak diusut lebih lanjut oleh pengadilan Malaysia karena Najib Razak terlanjur menjadi Perdana Menteri di tahun 2009.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.