Rabu, 30 Mei 2018

Merasa Berbeda Sejak SD, Pria Ini Putuskan Jadi Waria dan Lari dari Rumahnya di Surabaya


Panggil saja namanya Siska, pria kelahiran Surabaya ini menyadari tak seperti kebanyakan pria pada umumnya.
Ia merasa sisi feminim atau kewanitaan melekat dalam dirinya.

Siska menawarkan jasa suaranya ke pertokoan yang ada di sepanjang Jalan Raya Lenteng Agung arah Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
"Siska awalnya sudah begini sejak kecil. Dari kelas 4 SD Siska sudah merasa ada yang berbeda dalam diri Siska. Kemudian kelas 6 SD, Siska memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta. Di sana semuanya mandiri mengurus diri sendiri," ujar Siska kepada TribunJakarta.com, Selasa (29/5/2018).
Semenjak diusir oleh kedua orangtuanya dari Surabaya, ia bertekad mengurusi dirinya sendiri.
"Saya mengurus diri saya sendiri semenjak orang tua saya engga mau lihat saya lagi. Mulai dari dijelekin orang, dilecehkan hingga baku hantam sudah jadi makanan saya sehari hari," terang dia.
Kini, ia rutin setiap malam mengamen sepanjang Jalan Raya Lenteng Agung arah Tanjung Barat demi meraup sedikit rezeki untuknya menyambung hidup.
"Saya kerja seperti ini murni dari diri sendiri enggak ada bosnya. Rata-rata ngamen 200 ribu tapi kadang enggak tentu. Rute mengamen Margonda Raya, Sawangan, Lenteng Agung, Tanjung Barat hingga ke Bojonggede. Saya jalan sendiri dari Pasar Kemiri ke Tanjung Barat," ucap dia.
Pernah suatu kali, Siska bertikai dengan lelaki di jalan yang mengejeknya.
"Selalu saja ada lelaki yang rese. Dikatain bencong, ya kuat saja. Namanya kita waria kalau ribut kalah kita digebukin orang. Pernah juga disakiti, kita yang selalu kalah. Makanya saya kalau keluar malem dibatasin enggak mau terlalu malam ," ucap dia.
Di kala mengamen, Siska pun berbagi rute dengan sesama teman seperjuangannya.
"Saya sama teman-teman dari Pasar Kemiri berbagi tugas rute yang berbeda. Soalnya kalau sama nanti orang enggak akan kasih lagi. Nanti bilangnya 'tadi kan udah dikasih', cuma kalau sama pengamen lain mereka akan kasih," kata Siska.
Di bulan puasa ini, ia mengaku penghasilannya memang menurun tak seperti biasanya.
Namun banyak orang yang mempedulikannya dengan memberikannya takjil dan berbagai makanan lainnya.
"Kalau bulan puasa ini, saya sering dikasih takjil dari masyarakat. Semua pengamen juga dikasih, yang puasa ataupun tidak. Mereka peduli juga ke kita," terangnya.
Meski penghasilannya menurun, ia pun tetap menghormati dan menghargai umat Muslim yang beribadah salat Tarawih di masjid.
"Di bulan puasa ini saya ala kadarnya saja. Orang Tarawih kan jam 7 malam sampai jam 9 malam. Jalanan sebagian besar sepi jadi sedikit penghasilan. Tapi saya maklum dan menghormati serta menghargai mereka. Engga apa apa buat saya," ucap dia.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.