Senin, 16 April 2018

Begini Cara Kerja Suntik Mati Terhadap Para Terpidana Mati


Banyak metode yang dilakukan dalam melaksanakan eksekusi mati. Dari eksekusi berupa penyiksaan sangat kejam, hingga pada metode eksekusi mati yang banyak dipraktikan diantaranya hukuman gantung, pancung maupun dengan suntik mati.

Ini dilakukan di berbagai negara hingga akhirnya muncul berbagai macam desakan untuk menghilangkan hukuman mati.

Tapi sejarah membuktikan, hukuman mati pernah menjadi salah satu hukuman yang banyak dipraktikan di berbagai negara termasuk Amerika.

Adapun kasus hukuman mati pertama yang terdokumentasi di Amerika dimulai pada tahun 1608, ketika George Kendall dituduh mengkhianati Inggris kepada musuhnya, Spanyol. Dia dieksekusi oleh regu tembak di Jamestown.

Selain eksekusi dengan cara ditembak, Amerika ternyata memiliki sejarah panjang terkait hukuman mati ini.

Mereka pernah mengaplikasikan metode gantung, metode listrik, kamar gas bahkan pancung dengan guillotine. Namun diantaranya berbagai cara, metode suntik mati tampaknya yang paling banyak dilakukan.

Setidaknya sudah ada 1000 orang terpidana mati yang tewas sejak tahun 1980an.
Suntik mati telah diusulkan sejak abad ke-19, dan secara resmi diperkenalkan di Amerika oleh Jay Chapman, kepala pemeriksa medis Oklahoma. Dia menyebutkan bahwa cara ini merupakan metode hukuman mati yang lebih manusiawi.

Chapman menciptakan sebuah metode di mana “infus saline intravena harus dipasangan di lengan napi. Dimana hal itu nantinya akan digunakan untuk memasukan cairan mematikan.
Tapi, bagaimana cara kerja injeksi mematikan?

Pertama, terpidana mati dipersiapkan menjalani prosedur, termasuk mendisinfeksi semua alat dan bagian tubuh.

Kemudian tiga bahan yang mematikan diberikan, biasanya mengandung natrium thiopental, pancuronium bromida, dan kalium klorida.

Sodium thiopental adalah obat bius, diberikan untuk menenangkan subjek, karena prosesnya tidak menimbulkan rasa sakit. Ini berfungsi sebagai penurun kesadaran, mengganggu komunikasi antara pikiran dan tubuh.

Kemudian, vecuronium bromide diberikan, yang berfungsi sebagai suplemen untuk anestesi, menyebabkan kelumpuhan. Ini memblokir sinyal antara saraf dan otot, memastikan terpidana tenang selama prosedur medis.

Akhirnya, tim akan memberikan kalium klorida yang berfungsi untuk menghentikan detak jantung. Bahan ini mengganggu impuls listrik dari otot, menyebabkan henti jantung.

Setelah kalium klorida diberikan, terpidana mati biasanya memiliki waktu sekitar sepuluh menit tersisa, sebelum benar-benar meninggal. Terutama jika semua prosedur berjalan lancar.

Meski dianggap lebih manusiawi lantaran tak menyakitkan, namun bukan berarti cara ini tanpa kritikan. Terutama mengenai faktor X yang bisa mengakibatkan terpidana mati sangat menderita.

Semisal yang terjadi pada seorang terpidana mati bernama Nieves Diaz. Ia menderita luka bakar kimia ketika suntikannya melampaui pembuluh darah dan merusak jaringan lunak.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.